Smansa Edu

Blog edukasi dan pendidikan untuk segala usia

Jumat, 10 Oktober 2014

Kultur Jaringan

Seringkali kita lihat sebuah kebun dengan tanaman yang sangat banyak dan ukuran yang mirip. Ya tentu saja itu tidak dilakukan secara alami, biasanya dilakukan dengan vegetatif buatan. Selain dengan cara vegetatif buatan ada juga ada juga yang disebut dengan kultur jaringan yang menghasilkan tanaman dengan skala yang jauh lebih banyak, padahal hanya menggunakan bagian tumbuhan yang sangat sedikit yaitu jaringan. Nah, kali ini kita akan bahas menngenai kultur jaringan ini dalam skala teori.

ads

Kultur Jaringan

Kultur jaringan atau tissue culture atau in vitro adalah teknik memperbanyak suatu tanaman dengan cara mengisolasi bagian tumbuhan pada medium aseptik. Prinsip kultur jaringan adalah adanya sifat totipotensi yang dimiliki tumbuhan.Totipotensi adalah kemampuan sel untuk tumbuh dan berkembang untuk membentuk tanaman lengkap dalam medium aseptik yang mengandung unsur hara dan zat pengatur yang sesuai. Hal ini dimungkingkan karena setiap sel hidup memiliki informasi genetik yang lengkap, sama seperti zigot ketika pertama kali terbentuk dari dua gamet.
Kultur jaringan
Source : shusye3.wordpress.com

Teori Totipotensi

Teori totipotensi ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli fisiologi Jerman bernama Gottlieb Haberlandt pada tahun 1898. Menurut Haberlandt, sel memiliki informasi genetik yang lengkap sehingga sel seperti tersebut mampu tumbuh menjadi individu baru. Ia adalah orang yang pertama kali mengisolasi dan mengulturkan sel-sel somatik tumbuhan secara in vitro. Dengan ditemukannya hormon tanaman penting, beberapa kemajuan telah dibuat mulai tahun 1920-an dan 30-an.
Sebuah kemajuan besar dibuat oleh Philip R. Putih pada tahun 1939 bersama laporannya kultur berkelanjutan wortel dan tembakau dilakukan sepenuhnya secara in vitro. Kemajuan lebih lanjut dibuat oleh Folke Skoog, yang menemukan sifat baru dan penting dari hormon auksin. Skoog, bersama dengan Toshio Murashige, melanjutkan untuk mengembangkan masih banyak digunakan standar larutan nutrisi tanaman — Murashige Skoog-(MS) media.
Pekerjaan dimulai oleh Kenneth Vivian Thimann di akhir 1950-an, yang menunjukkan bahwa kinetin mematahkan dormansi tunas lateral, yang memungkinkan mereka untuk berkembang seolah-olah mereka berada di ujung tanaman, membuka jalan bagi kemajuan cepat. Sejak saat itu, hasil baru dan penting diumumkan hampir setiap tahun. Saat ini hampir semua pohon bisa ditanam di bawah kontrol laboratorium dari awal serangkaian jaringan.

Langkah-langkah kultur jaringan

1. Media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang di gunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu di perlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.
Ada dua penggolongan media tumbuh yaitu media padat dan media cair. Media padat umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar. Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air. Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan.

2. Intisiasi
Intisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
Ada beberapa tipe jaringan yang di gunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Jaringan tipe pertama ini bisa ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang. Tipe jaringan kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya. Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosistesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.

3. Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu dilaminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.

4. Multiplikasi
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.

5. Pengakaran
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukan adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan oleh jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).

6. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.

Keuntungan dan kekurangan kultur jaringan

Keuntungan kultur jaringan

Bebas memilih bagian tumbuhan yang ingin dikulturkan
Bagian tumbuhan yang dimaksud adalah bagian tumbuhan yang masih membelah atau bersifat meristematik.

Waktu yang diperlukan relatif singkat
Ya, dibandingkan dengan menggunakan metode vegetatif buatan, pembibitan, dan metode-metode konvensional lainnnya, kultur jaringan adalah cara paling singkat mendapat banyak bibit tanaman dalam skala banyak bahkan sampai ribuan.

Dapat dilakukan di ruang yang relatif kecil
Ruangan yang digunakan untuk melalukan kultur jaringan tidaklah luas namun harus aseptik.

Dari satu individu, dihasilkan banyak individu lain
Seperti penjelasan di atas bahwa kultur jaringan dapat menghasilkan ratusan bahkan ribuan tanaman baru satu kali kultur terhadap satu tanaman.

Identik dengan induknya
Jika Anda mengulturkan bunga anggrek berwarna ungu, maka anakannya nantinya akan berwarna ungu pula.

Kesehatan dan mutu bibit terjamin
Kultur jaringan haruslah dilakukan dengan sangat hati-hati dan dalam ruang isolasi sehingga pastinya mutu bibit yang dihasilkan akan terjamin.

Melestarikan tanaman-tanaman tertentu
Ada beberapa tanaman yang tidak mampu berkembang biak secara generatif dengan baik dengan adanya kultur jaringan, maka tanaman-tanaman tersebut dapat tetap dilestarikan.

Kekurangan kultur Jaringan


Biaya yang relatif mahal
Alat-alat dalam proses kultur jaringan serta bahan-bahan yang digunakan relatif mahal.

Proses yang rumit
Proses kultur jaringan terbilang rumit.

Ok, sekian mengenai kultur jaringan. Perkembangan teknologi botani memang semakin canggih bisa jadi nanti ada teknik baru yang lebih canggih lagi dari kultur jaringan yang dapat memangkas biaya pengerjaanya.
Author Profile

About Unknown

Bagikan kebaikan, karena kebaikan menular.

0 Komentar Kultur Jaringan

Posting Komentar

Berkomentarlah sesuai topik,tidak mengandung unsur pertikaian, perpecahan, dan SARA.

Komentar dengan link hidup hanya berupa link nofollow!

Back To Top